ARTI SEBUAH MUSYAWARAH

ARTI SEBUAH MUSYAWARAH

Oleh: PL Glenmore

Sudah menjadi hal yang sangat maklum dan logis, ketika seseorang menjadi utusan kelompok atau golongan dengan membawa misi tertentu untuk kepentingannya akan bersikap intoleransi terhadap kepentingan orang lain, dan wajar saja jika mereka saling menjatuhkan dan saling mematahkan argumentasi orang lain demi suksesnya misi yang ia bawa.

Dalam hal ini, di negara yang menganut sistem demokrasi, perselisihan dan silang pendapat tidak dipermasalahkan sejauh masih menjungjung nilai-nilai hak dan kewajiban antar sesama. Sikap tidak menghendaki atau bahkan menolak argumentasi orang lain acap kali terjadi dan tidak dipermasalahkan sebelum semuanya menjadi ketetapan. Artinya, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi menjadi sah selama tidak melanggar norma-norma yang telah disepakati, sejalan dengan budaya dan nilai-nilai kearifan kita, yang dipahami sebagai bangsa yang menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia. Disinilah, diperlukan sebuah sarana yang dimungkingkan untuk dapat saling memahami dan mengerti tentang demokrasi dan kearifan dalam upaya memberikan sebuah penilaian. Sarana dimaksud, bagi bangsa ini biasa dikenal dengan kata “musyawarah”.

Musyawarah bagi PNPM MPd adalah inti dari misi program, dimana semuanya diawali dengan musyawarah dan diakhiri dengan musyawarah, dari tingkat desa, tingkat kecamatan sampai dimusyawarahkan kembali ditingkat desa. Dengan sangat diperhatikan tingkat kehadiran peserta musyawarah, yakni harus ada keterwakilan semua kelompok atau golongan.  Tujuannya sederhana, yaitu untuk kebersamaan dalam hal pengambilan keputusan untuk kemudian disepakati dan dikerjakan bersama untuk kebaikan bersama.

Untuk itu, PNPM MP mengutamakan pembangunan manusia, lalu pembangunan pendukung seperti penguatan usaha ekonomi produktif, infrastruktur dan sarana dan prasarana lainnya. tentu tujuannya untuk kesejahteraan. PNPM MP dalam hal ini ingin membuka cara berfikir yang lebih luas lagi, dimana harapannya peserta mampu memahami prioritas dan kemendesakan dalam arti berfikir berdasarkan azas kemanusiaan yang tuntas, tidak berfikir sempit yang hanya melihat kepentingan dan kebutuhannya sendiri.

 

Sudah tentu hal ini berarti kesediaan bertemu dan berdialogh tentang pembangunan dusun ketika musyawarah ditingkat dusun, berfikir tentang pembangunan desa ketika musyawarah ditingkat desa, berfikir tentang pembangunan kecamatan ketika musyawarah ditingkat kecamatan dan begitu seterusnya. Bukan sebaliknya, berfikir sempit dan berfikir kerdil dengan tidak mampu melihat yang lebih pantas dan layak (prioritas) dengan tetap melihat dan berfikir kepentingannya sendiri meskipun sebenarnya masih ada yang lebih layak dan pantas untuk didahulukan.

Pertemuan berbagai kepentingan ini, kemudian berdiskusi untuk memahami sesuatu yang bersifat lebih bermanfaat bagi kepentingan orang banyak, serta bukan kepentingan sesaat, membutuhkan keberanian dengan jiwa besar dan kearifan yang bernilai. Sehingga musyawarah menghasilkan hal-hal positif dan kebaikan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Upaya ini bukan semata untuk melakukan penyeragaman (uniformisasi) dalam segenap aspeknya, kemudian mengesampingkan kepentingan kita sebagai utusan desa, lalu tidak berupaya mempertahankan urusan dan kepentingan desa kita, tetapi tetap mengkomunikasikan dan memperjuangkannya dengan dasar-dasar yang jelas, tanpa adanya manufer dan rekayasa.

Dengan kata lain, lebih mengutamakan aspek strategis dan kompetitif, dimana kita percaya, bahwa musyawarah itu adalah upaya orang dewasa dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan pengambilan keputusan sepihak tanpa mempedulikan suara orang lain yang nota bene untuk tujuan baik pula

Disinilah terlihat jelas, PNPM MP berintikan upaya melestarikan apa yang kita inginkan untuk masa depan lebih baik, dan membuang apa yang mungkin mengganggu (menjadi kendala) kita disaat itu. Dan ini, adalah proses budaya yang biasa terjadi bagi manusia dalam memecahkan masalahnya, yang sangat sederhana bukan?..............