KEMANDIRIAN DESA, MUNGKINKAH?
Oleh: PL GLENMORE
Jika merujuk pada Bab 1 pendahuluan buku pedoman umum PNPM MP (2007/2008), “PNPM Mandiri akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs)”, karena PNPM Mandiri, jika pelaksanaannya berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut.
Kembali pada keyakinan pemerintah tentang PNPM MP merupakan program yang terintegrasi dengan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan, dan digadang-gadang sebagai program terbaik untuk kembali menumbuhkembangkan potensi masyarakat sehingga akan terwujud kemandirian masyarakat secara nasional, menjadi program teladan dengan setrategi-setrategi pembangunan partisipatif, yang dengan demikian, maka seumbruk harapan akan capaian-capaian digantungkan pada program ini.
Terbesit juga kadang di hati, pertanyaan-pertanyaan yang mudah dijawab namun sangat rumit untuk dijelaskan pada tataran lapangan. Contoh sederhana, sejauh mana masyarakat miskin atas partisipasinya melibatkan diri dalam forum-forum masyarakat, dalam rangka memecahkan atau mengidentifikasi kemiskinan yang mendera dirinya?, Riil dilapangan, saya dan pelaku di desa selalu menyesuaikan waktu musyawarah dengan warga, karena mereka selalu memilih bekerja untuk bisa makan besok atau lusa, ketimbang ikut rapat pada pagi atau siang hari. Sehingga tidak jarang musyawarah warga dilaksanakan pada sore hari ataupun pada saat hari sudah mulai petang. Jika demikian, lalu pertanyaanya, sejauh mana orang miskin itu merasakan dan paham tentang arti penting peran dirinya dalam merumuskan permasalahannya kemudian memecahkan akar masalahnya, mengapa dia berada pada titik di bawah garis kemiskinan?.
Hal-hal yang sering kami lakukan sampai saat ini selalu memberikan fasilitasi dengan cara menyesuaikan waktu terhadap mereka, atau langsung mendatangi kelompok-kelompok kecil masyarakat, seperti kelompok pengajian, kelompok pengajian ibu-ibu dan kelompok yang sudah ada lainnya dimasyarakat. Menggelikan juga saya lihat hal-hal semacam ini.
Kemudian, pertanyaan kritis yang juga ada di hati, mungkinkah dalam waktu dekat ini masyarakat di desa-desa bisa mandiri (mandiri dalam artian PNPM MP)?, yakni, mampu merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan memeliharan pembangunannya sendiri dengan sistem pemberdayaan masyarakat?, Saya hanya seorang Pendamping Lokal, sepertinya gak bisa merumuskan banyak hal untuk kemudian dijadikan jawaban dari pertanyaan ini.
Mungkin saya harus banyak ngobrol lagi dengan mereka tentang banyak hal, minimal tentang sesuatu yang paling sederhana seperti apa kepanjangan PNPM MPd?, kemudian mungkin tentang arti masyarakat mandiri menurut PNPM MPd. Yang jelas saya harus mampu memberikan pemahaman tentang ketertinggalan-ketertinggalan mereka sehingga mereka jauh dari kelayakan hidup dibandingkan dengan masyarakat maju yang berada jauh di sana. Harapan saya, mereka tersentak bangkit dari titik terendah, kemudian mereka mampu merumuskan masalahnya dan memecahkannya sendiri, muncul solidaritas sosial atau rasa kepedulian sosial di masyarakat dan berjalan menuju kemandirian masyarakat yang madani.
Tentunya harapan saya di atas tidak beda jauh dengan pelaku-pelaku PNPM lainya, untuk masalah harapan kita yang tidak jauh beda ini, maka saya mengajak kepada sahabat-sahabat pelaku PNPM MP di kecamatan glenmore khususnya untuk lebih bersemangat lagi ngopeni wong miskin dan lebih ditingkatkan lagi kepedulian kita terhadap lingkungan kita sendiri, yaitu glenmore tercinta, banyuwangi tercinta, jawa timur tercinta dan indonesia tercinta tentunya.
Perihal di atas tentunya kita lakukan dengan tindakan yang lumrah-lumrah saja, karena perubahan yang diinginkan adalah sesuatu yang lumrah, yakni bukan hal yang mustahil, bukan?
