EWUH PAKEWUH

EWUH PAKEWUH
Oleh: PL Glenmore

Ewuh pakewuh merupakan bagian dari karakteristik sikap keindonesiaan kususnya orang jawa, ewuh pakewuh tekanannya lebih pada emosi manusiawi dimana sesuatu yang dihadapi lebih pada perasaan menghargai berlebihan terhadap seseorang atau tindakan seseorang tetapi kurang memenuhi aturan yang seharusnya.

Pada tataran aplikasi program PNPM MP, sikap ewuh pakewuh tidak selamanya dibenarkan karena program butuh pengawalan tegas dan konsistensi dalam menjalankan tahapan-tahapannya, dengan demikian, ewuh pakewuh lebih pada sebuah syndrom yang bisa menjadi kendala dalam keberlangsungan progress PNPM MP. Sehingga banyak terjadi, keputusan musyawarah yang didasarkan pada kearifan lokal, meskipun terkadang kurang tepat jika dinilai menurut SOP Program.

Hal-hal seperti ini, yang saya mau katakan bahwa, masyarakat dengan sikap ewuh pakewuh telah dengan sengaja menyesatkan program, hanya untuk melanggengkan bahasa piye penake bukan piye benere yang pada gilirannya kebersamaan pelaku dan penerima program menjadi mesra tanpa di dasari kebenaran SOP, meskipun kearifan lokal juga dibutuhkan dan terkadang benar.

Yang menyedihkan, hingga saat ini kita belum sepenuhnya memiliki keberanian moral untuk menghilangkan sikap ewuh pakewuh pada sesama pelaku dan masyarakat penerima khususnya di program PNPM. Kita harus berani menghadapi berbagai kemungkinan untuk ‘menutup’ kesenjangan moral yang disebabkan oleh sikap ewuh pakewuh, dan melihatnya sebagai bagian dari proses mengambil dan membuang yang biasa terjadi dalam sejarah manusia. Ini adalah perkembangan atau dinamika yang memerlukan kejelian sikap, yang akan membuktikan keberanian moral kita sebagai pelaku dan penerima program. Dan jelas, ini termasuk kemampuan memelihara dan membuang beberapa hal, yang sering terjadi dalam sejarah dinamika masyarakat, bukan?.....